Sabtu, 03 Maret 2012

OBTRA / OAI

bahan – bahan alam yang terdapat diindonesia, diolah seara sederhana atas dasar pengalaman dan penggunaannya dalam pengobatan
Menurut Herbal Indonesia Berkhasiat hal.10
Obat tradisional sebagai obat asli di suatu Negara yang digunakan secara turun temurun di Negara itu atau di Negara lain.
Apotik Hidup dari Rempah-Rempah dan Tanaman Liar
Obat tradisional adalah obat yang tidak menimbulkan banyak efek samping, karena kandungan kimianya masih bisa dicerna oleh tubuh untuk dikonsumsi. Selain sangat bermanfaat obat tradisional lebih mudah terjangkau masyarakat dan ketersediaannya tidak terbatas (Septiatin, 2008).
DEPKES RI.1983.Pemanfaatan tanaman obat.BALAI POM.Jakarta
Obat tradisional adalah obat yang berasal dari bahan tumbuh – tumbuhan, hewan, mineral atau sedian galeniknya atau campuran dari bahan – bahan tersebut yang belum mempunyai data klinis dan dipergunakan dalam usaha pengobatan berdasarkan pengalaman.
Menurut Peraturan Perundang-undangan : 192
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan, tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara turun menurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkn pengalaman.
Menurut 273 ramuan tradisional
Ramuan tradisional adalah media pengobatan yang menggunakan tanaman dengan kandungan bahan-bahan alamiah sebagai bahan bakunya.
Menurut Permenkes RI No. 246­/­Men­kes­/Per/V/1990
Obat Tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman       

Sabtu, 11 Februari 2012

Asiodosis Metabolik


Definisi
Asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

Penyebab
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
1. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
3. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama dari asidosis metabolik:
§ Gagal ginjal
§ Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
§ Ketoasidosis diabetikum
§ Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
§ Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida
§ Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.

Jumat, 03 Februari 2012

Enzim


          Enzim merupakan katalisator protein yang mengatur kecepatan berlangsungnya berbagai proses fisiologik. Sebagai konsekuaensinya, cacat pada fungsi enzim sering menyebabkan penyakit. Enzim yang mengkatalisis reaksi melibatkan pemindahan gugus, isomerisasi, oksido-reduksi, atau sintesis ikatan kovalen memerlukan kosubstrat yang dikenal sebagai koezim. Mengingat banyaknya koenzim yang merupakan derivate vitamin B, defisiensi vitamin dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan pada fungsi enzim, dan dengan demikian, akan mengganggu hemostasis. Banyak koenzim juga mengandung nukleotida AMP. Sebagian besar enzim bersifat sangat spesifik terhadap substratnya, koenzim serta tipe reaksi yang dikatalisisnya. Meskipun demikian, beberapa enzim protease juga memecah ester. Bagi enzim yang bekerja pada substrat berbobot molekul rendah, senyawa yang analog dengan substrat dapat pula ikut bereaksi, tetapi umumnya dengan kecepatan yang lebih rendah.
       Pengukuran aktivitas enzim merupakan hal sentral bagi penentuan kuantitas enzim dalam riset atau laboratorium klinik. Akivitas enzim dehidrogenase yang bergantung NAD(P) diperiksa secara spektrofotometris dengan mengukur perubahan absorbs pada 340 nm yang menyertai oksidasi atau reduksi NAD(P)/NAD(P)H. Perangkaian enzim lain pada dehidrogenase dapat memperlancar analisisnya. Untuk penyelidikan struktur, mekanisme kerja, dan pengaturan aktivitasnya, enzim harus dimurnikan hingga mencapai homogenitas sekitar 95 %. Teknik pemurnian enzim mencangkup presipitasi selektif dengan pelarut garam atau organic atau kromatografi pada penyangga pertukaran ion, filtrasi gel, afinitas substrat, ligand zat warna, atau interaksi hidrofobik. Kemampuan memanfaatkan teknik rekombinan DNA untuk mengekspresikan enzim dalam tubuh hospes yang dipilih telah membawa revolusi dalam teknik pemurnian enzim dengan menghasilkan enzim dalam jumlah besar yang dalam sebagian besar keadaan, mudah dimurnikan hingga mencapai hemogenitas. Kemajuan pemurnian dinilai dengan mengukur peningkatan aktivitas spesifik suatu enzim (aktivitas per unit massa) dan homogenitas akhir lewat elektroforesis gel polikrilamida (PAGE). Penentuan lokasi enzim intrasel yang tepat disimpulkan lewat teknik histokimia dan fraksionasi sel, yang dirangkaikan dengan analisis enzimatik terhadap sayatan jaringan atau fraksi homogenate sel. Isozim, bentuk yang secara fisik berbeda tetapi dengan aktivitas katalitik enzim yang sama, terdapat dalam semua bentuk kehidupan atau jaringan. Pola isozim yang berbeda pada enzim nonfungsional di dalam serum menunjukkan kerusakan pada jaringan tertentu manusia, dan memberikan informasi diagnostik serta prognostik yang berharga. Akhirnya, kemampuan enzim restriksi endonuklease mendeteksi perubahan yang sangat kecil pada struktur gen telah memungkinkan dokter mendiagnosis penyakit genetik akibat mutasi yang menghasilkan enzim yang cacat atau enzim nonfungsional.

Kamis, 02 Februari 2012

Suspensi


Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam halus dan tidak larut, yang terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus, tidak boleh cepat mengendap, dan bila di kocok perlahan-lahan, endapan harus terdispersi kembali. Dapat di tambahkan zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi tetapi kekentalan suspensi harus menjamin sediaan mudah di kocok dan di tuang.
Suspensi terbagi atas beberapa jenis antara lain suspensi oral, suspensi topikal, suspensi tetes telinga, suspensi optalmik, suspensi untuk injeksi, dan suspensi untuk injeksi kontinyu. Suspensi oral merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Suspensi topikal merupakan sediaan cair mengandung partikel padat terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Suspensi tetes telinga sediaan cair mengandung partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan pada telinga bagian luar. Suspensi optalmik merupakan sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa yang ditujukkan untuk penggunaan pada mata. Suspensi untuk injeksi merupakan sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikan secara intravena atau kedalam saluran spinal. Sedangkan suspensi untuk injeksi kontinyu merupakan sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
Suatu sediaan suspensi memiliki komposisi antara lain zat aktif, bahan terdispersi, zat pensuspensi, dan pendispersi. Zat aktif adalah zat yang dapat memberikan efek terapeutik. Bahan terdispersi adalah bahan cair yang tidak larut maupun bercampur dengan cairan dari fase pendispersi. Zat pensuspensi adalah bahan yang digunakan untuk memperlambat penggumpalan sehingga keseragaman dosis dapat diukur untuk mencegah terjadinya kekerasan dan zat pengembang. Sedangkan pendispersi adalah bahan padat yang tidak larut dalam medium dispersi.
Pada pembuatan suspensi terdapat 2 metode pembuatan yaitu metode dispersi dan metode pengendapan. Metode dispersi digunakan untuk pembuatan suspensi, pembawa harus diformulasi hingga fase padat dengan mudah dibasahi dan didispersikan, surfaktan dapat digunakan untuk menjamin pembahasan zat padat hidrofobik dengan seragam. Metode pengendapan terbagi atas beberapa jenis antara lain:
û  Pengendapan pelarut organik
Obat-obat yang tidak larut dalam air dapat diendapkan dengan melarutkan dalam pelarut-pelarut organik yang bercampur dengan air, kemudian menambah fase organik ke air murni dibawah kondisi standar.


û  Pengendapan yang dipengaruhi oleh pil medium
Metode ini bisa jadi lebih membentu dan tidakmenimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan pelarut organik. Tetapi tehnik ini hanya dapat diterapkan pada obat-oabt yang kelarutannya tergantung terhadap harga ph.
û  Penguraian rangkap
Pembuatan suspensi dengan penguraian ganda hanya melibatkan proses kimia yang sederhana.
Syarat-syarat suspensi yang baik anatara lain zat terdispersi harus halus dan tidak boleh mengendap, jika dikocok harus segera terdispersi kembali, dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas suspensi, kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang, serta karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan.
Karakteristik suspensi yang ideal antara lain partikel yang terdispersi harus mempunyai ukuran yang sama sehingga tidak cepat mengendap dibawah, endapan yang terjadi tidak membentuk cake yang keras, mudah didispersikan kembali sehingga memudahkan penggunaan pada pasien, produk harus mudah dituang, nyaman digunakan dan tahan terhadap serangan mikroba.
Stabilitas suspensi adalah keadaan suspensi dimana mencegah terjadinya pengumpalan suspensi. Jika pada suspensi, dimana proses sedimentasi tidak dapat dicegah, maka dipilih suatu bahan pendispersi dengan sifat rheologis tertentu, yang tidak memungkinkan turunnya setiap partikel terdispersi. Artinya diupayakan agar proses sedimentasi ataupun proses lain yang dapat mempengaruhi homogenitas sediaan, seperti aglomerasi, flotasi dan flokulasi, dapat dihambat. Hal itu dapat diatasi dengan penambahan stabilisator, yang mempertinggi viskositas sediaan. Akan tetapi daya alir suspensi (terutama pada suspensi per oral) tetap dipertahankan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi antara lain:
û  Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel maka semakin kecil luas penampangnya.
û  Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil).
û  Jumlah Partikel / Konsentrasi
Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
û  Sifat / Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak dapat mempengruhi. Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending  agent (bahan pensuspensi), umumnya besifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
Seperti sediaan yang lainnya, suspensi juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dari suspensi antara lain:
û  Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet / kapsul, terutama anak-anak.
û  Memiliki homogenitas tinggi.
û  Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet / kapsul (karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat).
û  Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit dari obat.
û  Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Sedangkan kekurangan dari suspensi antara lain:
û  Memiliki kestabilan yang rendah (pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi, dll).
û  Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali sehingga homogenitasnya akan menurun.
û  Aliran yang terlalu kental menyebabkan sediaan sukar dituang.
û  Ketetapan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
û  Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi (cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
û  Sediaan suspensi harus cocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang diinginkan.
Untuk pengemasan dan penyimpanan suspensi, semua suspensi harus dikemas dalam wadah mulut lebar yang mempunyai ruang udara yang memadai diatas cairan sehingga dapat dikocok dan mudah dituang. Kebanyakan suspensi harus disimpan dalam wadah yang tertutup rapat dan terlindung dari pembekuan, panas yang berlebih, dan cahaya. Suspensi perlu dikocok setiap kali sebelum digunakan untuk menjamin distribusi zat padat yang merata dalam pembawa sehingga dosis yang diberikan tepat dan seragam.